Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum Wr.Wb...
Assalamu'alaikum Wr.Wb...
Bagaimanakah Al Khansa’ ra sebelum hijrah?
Al Khansa’ bernama asli Tumadhar binti ‘Amr bin Syuraid bin ‘Ushayyah As-Sulamiyah adalah seorang sahabat wanita mulia dan penyair yang sangat terkenal. Al Khansa’ adalah wanita yang bijaksana dan cerdas. Semua orang mengetahui kedudukan dan keahliannya yang luar biasa dalam berpuisi. Bahkan, semua sastrawan sepakat bahwa tidak ada wanita yang memiliki kekuatan berpuisi yang lebih hebat dari Al Khansa’, baik di masa lalu maupun masa berikutnya.
Sebelum hijrah (masuk Islam) Al Khansa’ selalu menangisi kehidupannya. Seperti yang terjadi saat saudara kandungnya Mu’awiyah bin ‘Amr terbunuh, Al Khansa’ tidak bisa membendung kesedihannya hingga Ia melantunkan puisi- puisi dukanya atas kematian saudara kandungnya tersebut,
Aku tidak melihat ada orang yang seperti Mu’awiyah
Ketika suatu ketika musibah besar menimpa
Musibah besar yang membuat anjing mendesis
Dan keluar dari tempat persembunyiannya
Dia mengamuk di medan perang yang berkecamuk
Perang yang hiruk pikuk dan apinya menyala-nyala
Dia memimpin para kesatria berkuda untuk menyerbu musuh
Kuda-kuda itu seperti gelombang yang ditunggangi para algojo
Kami mendapat musibah besar yang menyakitkan
Itulah peristiwa-peristiwa hidup yang pasti engkau lihat
Aku bersumpah airmata dan tangisan piluku tidaklah berarti
Selama Allah telah memanggilmu melalui pemanggil-Nya
Begitu juga saat saudara kandungnya dari pihak ayahnya, Shakhr meninggal karena terbunuh juga (Al Khansa’ sangat mencintai Shakhr daripada saudaranya yang lain, karena dia adalah seorang penyabar dan sangat dermawan, hingga disayangi oleh seluruh anggota keluarga). Lagi-lagi Al Khansa’ melantunkan puisi-puisi dukanya yang sangat terkenal,
Wahai Shakhr aku tidak akan pernah melupakanmu
Sampai jasadku berkalang tanah dan tulangku hancur
Matahari yang baru terbit mengingatkanku kepada Shakhr
Aku juga menangisinya setiap matahari terbenam
Andai saja kebiasaan orang-orang di sekitarku
Tidak hanya menangisi kematian saudara-saudaranya
Maka aku pasti akan bunuh diri
Dari puisi-puisinya bisa tergambar jelas, begitu lemahnya Al Khansa’ dalam menerima kenyataan dalam hidupnya.
Al Khansa’ ra mendapati sinar Islam yang menembus hatinya
Allah SWT berkehendak agar Al khansa’ memeluk Islam, dan menumpahkan kesejukan keimanan ke dalam dadanya. Hingga iman itu menyentuh hatinya yang paling dalam dan memberi denyut kehidupan hakiki kepadanya. Al Khansa’ bangkit menepis debu-debu jahiliyah menuju cahaya Islam. Ia mengikuti rombongan kabilahnya, Bani Sulaiman, untuk menemui Rasulullah SAW dan menyatakan keIslamannya kepada beliau.
Islam telah membentuk kepribadian Al khansa’ secara luar biasa, hingga kini ia tidak lagi menangisi perjalanan hidup yang telah dilaluinya. Ia bertekad untuk rela mengorbankan apa saja yang dimilikinya demi membela agama agung yang telah dipeluknya.
Karena mukjizat keimanannya, Ia sanggup merelakan empat putra kandungnya untuk meraih mati syahid dalam perang Qadisiyyah. Empat putranya yang sangat dicintainya itu ikut bergabung dengan pasukan muslim yang ditugaskan menyerang Qadisiyyah. Sebelum berperang Al Khansa’ berwasiat kepada putra-putranya, Ia berkata :
“ Wahai putra-putraku, kalian semua memeluk Islam dengan suka rela dan berhijrah dengan senang hati. Demi Allah yang tidak ada tuhan selain Dia, sesungguhnya kalian adalah keturunan dari satu ayah dan satu ibu. Aku tidak pernah merendahkan kehormatan dan merubah garis keturuan kalian. Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan akhirat jauh lebih baik daripada kehidupan dunia yang fana.
Putra-putraku, sabarlah, tabahlah, bertahanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Semoga kalian menjadi orang-orang yang beruntung. Jika kalian melihat genderang perang telah ditabuh dan apinya telah berkobar, maka terjunlah ke medan laga dan serbulah pusat kekuatan musuh, pasti kalian akan meraih kemenangan dan kemuliaan, di dalam kehidupan abadi dan kekal selama-lamanya.”
Demikianlah wasiat itu menambah kobar semangat putra-putranya berjuang membela Islam hingga akhirnya mereka satu per satu berguguran menjadi syuhada.
Al Khansa’ menerima kabar kematian keempat putranya, namun kali ini Ia sama sekali tidak menampar pipi sendiri dan tidak pula merobek pakaiannya, melainkan Ia menerima berita duka itu dengan penuh keimanan, kesabaran, dan ketabahan. Al Khansa’ hanya berkata, “Alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang telah memberiku kemuliaan dengan kematian mereka. Aku berharap, Allah akan mengumpulkanku dengan mereka di tempat limpahan kasih sayang-Nya. “
Dari kisah Al Khansa’ diatas kita bisa menyimpulkan betapa keimanan itu memiliki nilai yang sangat tinggi. Dengan iman yang tertanam dalam hati, akan menolong kita keluar dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam yang penuh dengan nilai-nilai luhur, akhlak mulia, dan kerinduan kepada keridhaan Allah SWT. Iman adalah suatu mukjizat yang dianugerahkan Allah SWT ke dalam hati manusia yang dikendaki-Nya. Memang tidak mudah untuk mendapatkannya, namun apapun itu bisa kita dapatkan asal ada niat dan usaha.
Janganlah kita merasa sangat sedih apabila kehilangan sesuatu dari kenikmatan duniawi ini, karena dunia hanyalah kepalsuan. Akhiratlah kehidupan kita yang sesungguhnya. Apapun yang menimpa kita yakinlah itu adalah skenario Allah SWT untuk kita ,agar menjadikan kita pribadi mukmin yang kuat yang penuh dengan keimanan serta keridhaan hanya kepada-Nya.
Semoga Allah SWT meridhai kita semua dan membuat kita ridha pada segala ketetapan-Nya, serta menjadikan surga Firdaus sebagai tempat persinggahan terakhir. Amin ya Rabb…
Sumber : 35 Sirah Shahabiyah, jilid 2. Al-I’Tishom
0 komentar:
Posting Komentar